Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

知识 2025-06-03 16:10:18 35
Jakarta,quickq会员码 CNN Indonesia--

Masih teringat dalam benak kasus pembunuhanwanita dalam koper beberapa waktu lalu. Kasus itu menjadi salah satu tanda bahwa femisida masih menjadi ancaman di tengah masyarakat.

Komnas Perempuan mencatat, angka femisida di Indonesia masih terus mengkhawatirkan. Pada tahun 2020, tercatat ada 95 kasus femisida. Angka itu meningkat pada 2021 dengan 237 kasus dan 307 kasus pada 2022.

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

Data teranyar mencatat sebanyak 159 kasus femisida pada tahun 2023.

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

ADVERTISEMENT

Setop, Jangan 'Kuliti' Privasi Korban Femisida

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Demo Besar-besaran, Perempuan Kenya Berteriak Memprotes Femisida
  • Kenapa Banyak Perkosaan dan Kerap Dianggap Kasus Biasa di India?
  • Update Fakta Kasus Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Padang Pariaman

Sayangnya, baik korban maupun keluarga korban femisida belum mendapatkan perlindungan yang maksimal. Tak perlu jauh-jauh menyasar perlindungan di ranah hukum, di media sosial sekali pun, sering kali privasi korban dan keluarga terancam.

Tak sedikit warganet yang merespons kasus-kasus femisida dengan cara yang salah. Alih-alih menghormati privasi, warganet justru menguliti kehidupan korban dan kadang beserta keluarganya.

"Hal ini cukup mengkhawatirkan karena isu ini merupakan isu sensitif," ujar Davies.

Ia berharap agar masyarakat sadar akan pentingnya melindungi privasi korban di media sosial.

"Media sosial dapat membantu perlahan mematahkan stigma-stigma dan domestikasi yang terjadi. Jadi, korban itu harus dilindungi, termasuk di media sosial," ujarnya.

Davies tak menampik bahwa kehadiran media sosial juga memegang peranan penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan ancaman femisida. Media sosial, lanjut dia, bisa menjadi medium untuk menghapus stigma-stigma negatif terhadap korban.

Stigma-stigma negatif ini pula yang membuat kasus femisida sering sulit terdeteksi.

"Stigma-stigma yang masih menempel hingga saat ini menjadi faktor juga kenapa kasus-kasus femisida jarang dilaporkan dan dicatat oleh pemerintah," ujar Davies.

Davies mengajak masyarakat agar lebih bijak merespons kasus femisida, utamanya di media sosial. Caranya adalah dengan tidak perlu menguliti privasi korban hingga mengulik data pribadi.

Alih-alih fokus dan penasaran dengan korban, lebih baik cari tahu lebih banyak terkait kondisi femisida di Indonesia.

"Kita bisa lebih kritis untuk menerima berita dengan memilah mana yang baik untuk kita. Cari tahu lebih terkait fenomena femisida di Indonesia," ujarnya.

(pli/asr)

本文地址:http://www.quickq-bing.com/html/83e099881.html
版权声明

本文仅代表作者观点,不代表本站立场。
本文系作者授权发表,未经许可,不得转载。

全站热门

Catat, Ini 7 Tanda Kamu Terlalu Banyak Konsumsi Makanan Manis

Cara Cek E

Jokowi Hadiri Penutupan Rapimnas Gerindra, Muzani: Saya Bangga Pak Presiden Datang Dengan Baju Putih

Kopi Panas vs Kopi Dingin, Mana yang Lebih Sehat?

FOTO: Ritual Menangis untuk Bayi Sumo di Tokyo

Harga Beras di Sejumlah Daerah Naik, Ini Langkah Bapanas

Penyakit Apa Saja yang Bisa Disembuhkan dengan Minum Air Kelapa?

Apakah Ceker Ayam Mengandung Kolesterol? Ini Kata Dokter

友情链接